Dwi Retno Susilaningsih, A.Pi adalah salah satu pegawai senior di Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Beliau dilahirkan di sebuah kota yang indah dikaki Gunung Merbabu bernama Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 15 Agustus 1963. Menamatkan pendidikan dasar pada tahun 1975 dan sekolah menengah pertama pada tahun 1979 di kota yang sama. Pada tahun 1982 lulus dari SMA Budya Wacana I Yogyakarta. Semasa di SMA beliau aktif sebagai anggota pecinta alam, menurut beliau gunung lebih menarik daripada pantai. Sebelum ke Jakarta beliau sempat kuliah jurusan ekonomi di universitas Janabadra di Yogyakarta, dan aktif sebagai anggota resimen mahasiswa (Menwa). Namun kemudian, beliau tertarik kuliah kedinasan DIII dengan jurusan akuakultur di Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta dan lulus pada tahun 1986. Pada tahun 1987 beliau diterima sebagai CPNS di Dinas Perikanan Yogyakarta. Beliau melanjutkan progam DIV di tempat yang sama dengan progam DIII yang telah berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jakarta dan lulus pada tahun 1991. Menempuh porgam DIV di STP mempertemukan beliau dengan seorang belahan jiwa yang mendampinginya hingga sekarang. Pada tahun 1991 menikah dengan Eddy Prawoto dan dikaruniai 2 orang anak bernama Binda Nairani Ekanisa dan Andy Prayoga. Pada tahun 1994, Ibu penyuka warna pastel ini mutasi ke Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang dikarenakan mengikuti suami yang bekerja di Tangerang.
Mengenai Prinsip hidup Bu Retno mengatakan bahwa,“Rejeki sudah ada yang mengatur, mau dikejar seperti apapun jika bukan rejeki tidak akan pernah menjadi milik kita begitu juga sebaliknya. Begitu pula dengan perjalanan karir Bu Retno selama ini. Baliau tidak pernah mengharapkan suatu jabatan. Namun, jabatanlah yang memilih beliau. Perjalanan karir ibu yang memiliki suara merdu ini, bermula dari staff pada tahun 1988 sampai tahun 1995 pada Dinas Perikanan. Tahun 1996 hingga 2000 beliau menjabat sebagai Kasubsi Budidaya, Kasi Budidaya pada Dinas Perikanan dan Kelautan (2001), Kasi Eksplorasi Sumberdaya Kelautan (2005), Kasi Teknik Budidaya Ikan dan Hasil Laut (2006), Kasi Konservasi Sumber Daya Perikanan dan Kelautan (2008), dan Kasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan (2011). Pada tahun 2011 tersebut beliau diangkat menjadi Kepala Bidang Perikanan Budidaya yang selanjutnya sejak tahun 2017 berganti menjadi Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya pada Dinas Perikanan.
Pembawaanya yang tenang dan penuh wibawa, menjadikan beliau tetap eksis menjabat sebagai Kepala Bidang selama 9 tahun lamanya. Banyak program kegiatan yang beliau jalankan diantaranya adalah Tangerang Mangrove Centre (TMC) dan Ketapang Urban Aquaculture (KUA). TMC dituangkan melalui wanamina (mangrove dan ikan), pemancingan dan wisata mangrove. Sedangkan KUA direalisasikan menjadi RAS (Recirculating Aquaculture System), Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik), Wanamina, dan Wisata Mangrove. “TMC dan KUA tersebut merupakan bagian dari progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tangerang Gerbang Mapan (Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai),” ucapnya. Ibu penyuka masakan cumi goreng tepung ini mengatakan bahwa progam unggulan tersebut perlu didukung oleh generasi milenial dalam bentuk kontribusi positif guna pembangunan Kabupaten Tangerang yang lebih Gemilang.
Peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya 10 Tahun pada tahun 2000 mengatakan bahwa moto hidup itu, “Mengalir Apa Adanya”. Namun begitu kita wajib berusaha memberikan yang terbaik. Seperti pesan beliau kepada wirausaha muda, menjadi seorang wirausaha wajib untuk berikap jujur apapun bidang usahanya, harus menguasai bidang usaha kita itu apa?, gali dan perdalam dengan terus belajar dan jangan pernah malu bertanya, harus kreatif dan inovatif dikarenakan persaingan pasar yang semakin luas, harus mampu beradaptasi dengan revolusi 4.0 dengan selalu update teknologi terbaru, ulet tidak mudah menyerah dengan keadaan serta kegagalan yang seringkali menghantui, yang terakhir cintailah pekerjaanmu atau bidang usahamu dengan sepenuh hati niscaya keberhasilan akan selalu mengikuti.
Kecintaan beliau terhadap dunia perikanan yang besar, membuatnya memiliki cita-cita yang hingga kini belum dapat terealisasikan, yaitu, terciptanya sentra-sentra produksi pembenihan, pembesaran ikan konsumsi, dan ikan hias serta data real mengenai pembudidaya dan pengolah ikan sehingga memudahkan calon konsumen untuk menemukan produsen yang diinginkan melalui jaringan internet, sehingga dinas perikanan ini diharapkan mampu membuat titik koordinat di Google. Notabene wilayah kabupaten tangerang yang dekat dengan bandara harusnya memiliki sentra ikan hias, mengingat kegiatan pameran ikan hias skala internasional tahun 2019 dilaksanakan di ICE BSD. Di era revolusi 4.0 generasi muda wajib melek teknologi oleh sebab itu, dijaman serba teknologi ini sebaiknya kegiatan dinas harus terekspose media sehingga potensi perikanan kabupaten tangerang yang besar ini dapat dikenal masyarakat lebih luas. Besar harapan beliau untuk generasi muda agar cita-cita tersebut dapat terealisasi.
Akhir kata, Pesan ibu yang hobi membaca ini, “Sebagai generasi muda hormatilah orang yang lebih tua tanpa memandang jabatan/pekerjaan”. Dikarenakan merasa prihatin dengan sikap perilaku generasi muda yang terkadang kurang ‘sadar etika’.